Sejarah Jurnalistik dan Perkembangannya di Dunia & Indonesia

Sejarah jurnalistik menunjukkan evolusi bagaimana masyarakat menerima informasi dari waktu ke waktu. Dari yang awal mulanya didominasi media massa cetak hingga kini berkembang menjadi platform media online. Menarik untuk dibahas, ini sejarah singkat jurnalistik yang perlu Anda ketahui:

Sejarah Jurnalistik di Dunia

Sejarah Jurnalistik di Dunia

Melihat ke akarnya, sejarah jurnalistik dunia bermula saat pemerintahan Julius Caesar, yakni antara 100-44 sebelum Era Umum. Dalam kepemimpinannya Julius Caesar memanfaatkan Acta Diurna (papan informasi) sebagai saluran pengumuman untuk menyebarkan berbagai informasi

Mula-mula Acta Diurna hanya orang-orang fungsikan untuk mencatat hasil pertemuan elit pemerintahan. Namun, seiring perjalanan waktu, peran Acta Diurna berkembang menjadi sarana pemaparan kabar mengenai peristiwa penting dalam kehidupan sehari-hari.

Tradisi mencatat informasi di papan pengumuman tersebut kemudian merambah dengan pesat. Efek dari penyebaran Acta Diurna adalah lahirnya profesi diurnarii para individu yang bertugas dalam menyusun dan menginformasikan berita. Dari istilah diurnarii, berkembanglah kata diurnalis dan akhirnya menjadi journalist.[1]

Sejarah Jurnalistik di Indonesia

Sejarah Jurnalistik di Indonesia

Sejarah jurnalistik di Indonesia mulai mengemuka saat munculnya media massa cetak di era penguasaan Belanda yang terjadi pada abad ke-18. Setelah berkembangnya media massa cetak, barulah berkembang penggunaan radio, televisi, dan media online untuk sarana penyebaran informasi di Indonesia.

Media Massa Cetak

Perkembangan media massa cetak di Indonesia bermula di tahun 1744. Kala itu otoritas Belanda mengedarkan Bataviasche Nouvelles, yakni surat kabar pertama yang hadir di Batavia (kini Jakarta).

Surat Kabar Bataviasche Nouvelles lebih banyak memuat promosi atau iklan daripada berita penting. Kalaupun ada informasi penting, informasi yang tersaji umumnya tentang kapal yang berlabuh, berita pernikahan, kelahiran, atau kematian. Adapun pembaca surat kabar ini masih terbatas pada masyarakat Belanda.[2]

Pasca Bataviasche Nouvelles, muncul surat kabar Vendu Niews yang pertama kali terbit pada tahun 1776 dan berlanjut hingga 1809. Vendu Niews juga kurang menyajikan berita penting, sebab mayoritas kontennya berfokus pada informasi lelang. Seperti sebelumnya, Vendu Niews juga pemerintah terbitkan bagi masyarakat Belanda.

Surat kabar yang dapat masyarakat Indonesia akses sendiri baru muncul setelah setengah abad berlalu, tepatnya tahun 1854 dengan penerbitan majalah Bianglala. Tidak lama berselang, satu tahun kemudian terbit juga surat kabar Bromartani pada 1855 yang dalam penulisannya beritanya menggunakan bahasa Jawa.

Setelah kemunculan dua surat kabar untuk masyarakat pribumi ini, mulai terjadi gelombang munculnya berbagai surat kabar lain di tanah air. Salah satu hal menarik dari sejarah jurnalistik media cetak di Indonesia adalah sebagian surat kabar awalnya tersaji dalam bahasa Jawa, Melayu, China, dan Arab.

Penyiaran Radio

Pada tahun 1920-an, radio pertama kali masyarakat Indonesia kenal melalui tindakan yang pemerintah Belanda ambil. Kala itu otoritas Belanda membawa teknologi penyiaran radio ke Indonesia dan memulai peluncuran radio swasta pertama, yaitu Bataviasche Radio Vereeniging.

Munculnya siaran radio perdana di Indonesia baru terjadi pada tahun 1933, dengan lahirnya Solosche Radio Vereeniging. Kemunculan Solosche Radio Vereeniging kemudian menjadi tonggak awal dalam perkembangan wadah jurnalistik di Indonesia.

Sampai tercapainya kemerdekaan Indonesia, radio tetap menjadi saluran bagi masyarakat untuk memperoleh informasi. Radio berperan sebagai medium yang pemerintah pakai untuk menyampaikan berita yang krusial, baik pada masa orde lama maupun orde baru.

Pemberitaan Televisi

Perkembangan televisi sebagai sarana penyampaian informasi di Indonesia mulai terjadi pada tahun 1953. Saat itu Departemen Penerangan (saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika), mulai mempertimbangkan penyediaan siaran televisi dari berbagai negara. Namun ini baru pertimbangan semata.

Proses implementasi penggunaan televisi di Indonesia baru berlangsung pada tahun 1961 ketika pemerintah membentuk Panitia Persiapan Televisi. Siaran perdana televisi terjadi pada tahun 1962 dengan menyiarkan Asian Games, yang pada saat itu hanya dapat dinikmati oleh penduduk di wilayah Jakarta.

Setelah momen tersebut, televisi menjadi wadah penyampaian informasi baru di Indonesia dan masih demikian hingga saat ini.

Media Online

Sejarah jurnalistik online di Indonesia bermula dari munculnya internet pada tahun 1990 yang kemudian disusul dengan penemuan browser pada tahun 1992. Kemunculan kedua inovasi ini kemudian masyarakat lihat sebagai sebuah solusi yang dapat membantu dalam menyebarkan informasi secara cepat.

Pada tahun 1993, pembuatan situs jurnalisme pertama di dunia oleh Universitas Florida menjadi sumber inspirasi bagi banyak media, termasuk di Indonesia. Media Republika menjadi pelopor media di Indonesia dengan menggunakan media online untuk menyebarkan informasi pada tahun 1994.

Langkah pionir yang Republika ambil ini kemudian menjadi inspirasi bagi banyak media lainnya untuk mengikuti jejak yang serupa. Kini media online telah menjelma menjadi salah satu wadah utama untuk menyebarkan informasi secara efektif. Masyarakat banyak menggunakan media online untuk mendapatkan berita terkini.

Dari catatan perjalanan jurnalistik, terlihat secara nyata transformasi media yang orang gunakan untuk menyampaikan informasi. Dari yang awalnya menggunakan media cetak, dominasi penyebaran informasi kini lebih banyak melalui media online yang menawarkan akses mudah dan cepat.

Perubahan yang ada dalam sejarah jurnalistik menandakan evolusi yang konstan di dunia pemberitaan. Dapat Anda simpulkan bahwa jurnalistik masih terus mengalami pertumbuhan dan transformasi. Inovasi teknologi dan perubahan tren akan terus membentuk cara orang menerima dan menyampaikan berita di masa depan.

Tinggalkan komentar